Bulan Ramadhan merupakan bulan nan pernuh berkah; Ramadhan menjadi penghulu segala bulan dalam hutungan tahun Hijriyah, tahunnya umat Islam. Ramadhan adalah bulan shiyam (puasa), dan dia juga bulan qiyam (shalat malam).
1.
Keutamaan Bulan Ramadhan
Hadits-hadits yang
mengupas keutamaan bulan nan agung ini, cukup banyak dan bercorak ragam. Cukup
kita petik beberapa di antaranya, sebagai penambah muatan motivasi yang
mengangkat gairah imani kita untuk memasuki bulan Ramadhan yang akan datang
menjelang, dengan penuh harap akan ampunan dan karunia-Nya.
Dari Ubadah bin
Shamit bahwasanya Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Telah datang
kepadamu Bulan Ramadhan, bulan nan penuh berkah. Di bulan itu Allah akan
menaungimu; menurunkan .rahmat dan menghapus dosa-dosa, mengabulkan doa dan
memperhatikan bagaimana kamu sekalian saling berlomba-lomba (dalam kebaikan)
pada bulan itu. Allah pun membanggakan dirimu di hadapan para malaikat-Nya.
Maka perlihatkanlah (wahai kaum Muslimin) segala kebaikan pada dirimu.
Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang kehilangan rahmat Allah."
(Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani).
Hadits
yang lain:
"Telah
dianugerahkan kepada ummatku pada bulan Ramadhan lima karunia yang tidak pernah
diberikan kepada ummat manapun sebelum mereka: Aroma mulut orang yang berpuasa,
disisi Allah, lebih harum semerbak ketimbang bau kesturi. Para malaikat
memohonkan bagi mereka ampunan hingga waktu berbuka. Setiap hari di bulan itu,
Allah menghiasi Jannah-Nya seraya berfirman kepada sang Jannah:
"Tak lama lagi,
para hamba-Ku yang shalih akan dibebaskan dari beban dan kesusahan, lalu
beranjak menemuimu."
Di bulan itu, para
jin pembangkang dibelenggu; mereka tak dapat bebas berbuat, seperti pada
bulan-bulan yang lain. Lalu, Allah mengampuni dosa- dosa mereka pada malam
terakhir.
Ada sahabat yang
bertanya: "Ya Rasulallah, apakah malam terakhir itu, malam Lailatul
Qadar?". Beliau menjawab: "Bukan, karena orang yang beramal akan
mendapati ganjarannya, bila ia telah selesai menunaikannya." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Ada beberapa hadits
lain yang senada dengan itu. Dua hadits di atas, dan banyak lagi yang lainnya
meliputi beberapa kesimpulan:
1. Allah
telah memberkahi bulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan atas segala dosa,
bagi orang yang memenuhi bulan ini dengan beragam ibadah; tetapi tidak untuk
dosa-dosa beaar.
Nabi bersabda:
"Barangsiapa
yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan introspeksi diri,
akan Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu". (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Dan Salman Al-Farisi,
bahwasanya Rasulullah bersabda:
"Antara
shalat-shalat lima waktu; antara Jum'at dengan Jum'at; dan antara Ramadhan yang
satu dengan rmadhan berikutnya; ada pengampunan dosa, bagi mereka yang
menghindari dosa-dosa besar." (HR. Muslim)
Dosa-dosa besar
hanyalah diampuni, lewat taubat tersendiri yang dilakukan seorang hamba dengan
penuh penyesalan di hadapan Allah. Hanya saja sebagian ulama, di antaranya Ibnu
Taimiyyah, Imam Nawawi dan lain-lain menegaskan; bahwa Ibadah Ramadhan, berikut
shaum dan shalat malamnya, bila dilakukan dengan penuh keikhlasan berarti sudah
mencakup taubat itu sendiri. Dan itulah yang menjadi tujuan puasa, bahkan
seluruh ibadah seperti tertera dalam al-Qur'an adalah: Agar iamu sekalian
bertakwa.
2. Termasuk
keberkahan bulan suci Ramadhan adalah sempitnya ruang gerak setan itu untuk
melancarkan godaan dan tipu dayanya terhadap bani Adam. Terbelenggunya mereka,
adalah dengan kehendak Allah dan dalam pengertian yang sesungguhnya. Namun juga
tidak berarti mereka berhenti menggoda manusia secara total, seperti tersebut
dalam hadits di atas.
3. Dihiasinya Jannah
untuk menyambut kedatang an orang-orang yang berpuasa, seusai menjalani cobaan
Allah selama masa hidup di dunia. Ini salah satu bentuk Tabsyir atau kabar
gembira dari Allah.
4. Keberkahan bulan
Ramadhan juga terungkap jelas, dengan adanya para malaikat yang memohonkan
ampunan kepada Allah bagi mereka yang berpuasa. Di samping aroma mulut orang
yang berpuasa yang secara lahir mungkin tidak sedap di sisi Allah lebih wangi
dibanding aroma kesturi.
2 Berbagai Keutamaan
Lain
Sebagai Muslim yang
mengharap keutamaan dan ampunan, di mana dia juga tak lepas dari noda dan dosa,
maka noda dan dosa itu dapat terkurangi bahkan terhapus lewat ibadah di bulan
Ramadhan. Segala bentuk ragam ibadah di bulan ini harus semaksimal mungkin kita
mefaatkan di antaranya:
2.1 Memperbanyak
Shadaqah
Imam Tirmidzi
meriwayatkan:
Rasulullah pernah
ditanya: "Sedekah apakah yang paling utama?"
Beliau menjawab:
"Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)
Nabi adalah orang
yang gemar bersedekah. Kegemarannya bersedekah, menjadi semakin meningkat di
bulan Ramadhan. Salah seorang sahabat telah berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah
itu lebih pemurah, dibandingkan dengan angin yang berhembus. Dan terutama lagi
di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)
2.2 Shalat malam
berjama’ah
Dari Abu Dzar,
bahwasanya beliau menuturkan:
"Dahulu ketika
kami melakukan shaum/puasa, Rasulullah tidak pernah shalat (malam) berjama'ah
bersama kami hingga bulan Ramadhan hanya tersisa tujuh hari lagi. Lalu beliau
shalat bersama kami hingga akhir sepertiga malam pertama.
Pada malam yang ke
dua puluh enam, beliau tak lagi shalat bersama kami. Namun pada malam ke dua
puluh lima (satu malam sebelumnya), beliau sempat shalat bersama hingga
pertengahan malam. Lalu kami bertanya:
"Ya Rasulallah,
apakah tidak engkau sisakan sebagian malam agar kami menambah shalat
sendiri?"
Maka beliau bersabda:
"Barangsiapa yang
shalat (malam) bersama imam hingga selesai shalatnya, akan dituliskan baginya
(pahala) shalat semalam untuknya." (HR.Tirmidzi dan Abu daud)
Hadits tersebut
umumnya digunakan oleh para ulama untuk menetapkan disyari'atkannya shalat
malam berjama'ah (tarawih) pada bulan Ramadhan. Namun hadits tersebut juga
secara lebih khusus menyiratkan keutamaan shalat malam berjama'ah di bulan
Ramadhan itu. Meskipun secara umum, juga berlaku untuk setiap shalat jama'ah,
balk yang fardhu maupun yang mustahab.
2.3 Memperbanyak
amalan akhirat
Bulan Ramadhan yang
penuh berkah ini, adalah ladang subur untuk menebarkan beragam amal
shalih untuk dituai hasilnya di akhirat nanti. Dan mulai membaca al- Qur'an,
memberi makan orang miskin atau memberinya sekedar makanan untuk berbuka puasa,
berdoa, beristigfar, mempererat hubungan silaturrahmi dan lain-lain. Banyak
kaum Muslimin yang secara tradisi, memenuhi bulan suci ini dengan bekerja diluar
kebiasaan; demi untuk merayakan 'Iedul fitri dengan mewah penuh kegemerlapan,
bahkan terkesan dipaksa-paksakan; itu jelas merugian. Di ladang
pahala, kita justru menanam amalan duniawi yang lebih banyak menghasilkan
kesia-siaan.
2.4 Menjalankan umrah
Imam Al-Bukhari
meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya ganjaran
umrah di bulan Ramadhan, sama dengan ganjaran melaksanakan haji sekali atau
bahkan haji bersamaku." 8 Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim All
Jarullah dalam "Majmu' Rasail Ramadhan iyyah" menyatakan:
"Namun yang
perlu dipahami, bahwa umrah di bulan Ramadhan itu, meskipun ganjarannya sama
dengan ibadah haji, namun ia tidak menggugurkan kewajiban haji itu sendiri bagi
mereka yang mampu berkewajiban".
2.5 Beribadah di
malam Lailatul qadri
Para ulama
menyatakan, bahwa malam itu disebut dengan Lailatul qadri (malam kemuliaan),
karena kemuliaan dan keutamaannya. Bahkan dinyatakan, bahwa dimalam itu juga
rizki dan ajal kematian para hamba untuk selama satu tahun ditentukan Allah.
Sebagaimana difirmankan-Nya:
"Pada malam itu
dijelaskan, segala urusan yang penuh hikmat." (Ad- Dukhan: 4) Banyak ayat
yang menceritakan tentang keutamaannya yang tidak kami sebutkan disini. Di
malam itu juga pahala amal ibadah Allah lipatgandakan.
Nabi Bersabda:
"Barangsiapa
yang beribadah di malam Lailatul qadri, dengan penuh keimanan dan perhitungan;
akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu." (Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari)
Adapun waktu malam
tersebut, banyak sekali diperselisihkan para ulama. Imam Hafidz Ibnu Hajar
Al-Asqalani dalam "Fathul Bari", setelah menuturkan puluhan pendapat para
ulama, berkata:
"Pendapat yang
paling kuat, malam itu terdapat pada sepuluh malam terakhir. Ia selalu
berpindah, namun yang paling diharapkan dia akan muncul, pada malam-malam ganjil.
Adapun tepatnya; menurut Syafi'iyyah pada malam ke 21 atau 23. Tapi menurut
sebagian besar ulama pada malam ke 27."
2.6 I’tikaf
Lepas dari
perselisihan di mesjid mana i'tikaf itu disyari'atkan, kaum Muslimin tetap harus
mengakui kesepakatan para ulama bahwa i'tikaf di bulan Ramadhan, khususnya sepuluh
hari terakhir, adalah keutamaan besar sekaligus sunnah yang tak pernah ditinggalkan
Nabi seumur hidupnya hingga beliau wafat.
Dari Abu Hurairah
berkata:
"Nabi dahulu
beri'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun di mana
beliau wafat, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari." (HR. Al-Bukhari)
Karena ia merupakan
sunnah yang selalu dilakukan Nabi, maka kaum Musliminpun harus merentang jalan
demi melaksanakannya sedapat mungkin, di mesjid manapun i'tikaf itu
dilakukan
Lanjut Ke Bagian dua (Habis)
Baca Juga:
Dosa Yang Berulang
KATA-KATA MUTIARA ISLAMI
Lanjut Ke Bagian dua (Habis)
Baca Juga:
Dosa Yang Berulang
KATA-KATA MUTIARA ISLAMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar