Masih ingat kah
kalian dengan kota kecil nan mungil ini? Jika masih, saya akan menulis kembali
kota ini dengan sebutan kota tape atau orang bondowoso menyebutnya dengan tapai, setelah sebelumnya saya sempat
menulis kota ini dengan julukan Kota
Pensiunan. Maka ijinkan saya menulis kembali tentang kota bondowoso dengan
julukan kota tape. Mungkin julukan
Kota Tape lebih bisa diterima oleh
sebagian besar masyarakat bondowoso atau lebih enak di dengar ditelinga.
Jauh sebelum dikenal sebagai kota pension, Bondowoso
sudah akrab dengan sebutan kota tape. Adalah kelezatan, kelegitan dan
kenikmatan tape yang di produksi pengrajin tape tradisionallah
yang memicu Bondowoso dijuluki kota tape. Bukan hanya daerah sekitar seperti
tapal kuda, jajanan khas masyarakat Bondowoso ini juga sudah dirasakan oleh
lidah orang Bali, Madura, Surabaya, Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bahkan
setiap tahunnya hampir selalu ada turis asing (wisatawan) yang
mengunjungi sentra pengrajin tape Bondowoso. Tak heran jika ketika
mendengar nama Bondowoso, ingatan kita pasti tertuju pada jajanan khasnya,
yakni tape.
Bondowoso adalah lezatnya tape dan cita
rasa tape yang genuine hanya bisa ditemui di Bondowoso.
Barangkali logika itulah yang menjadi pemantik inspirasi munculnya slogan
“Bondowoso Kota Tape”. Slogan ini sudah terpatri sepanjang sejarah
perjalanan masyarakat Bondowoso. Jauh sebelum kota pensiun disematkan, jauh
sebelum kota kembang dicanangkan, atau bahkan jauh sebelum elit-elit
pemerintahan yang ada sekarang dilahirkan.
Di dukung dengan kondisi geografis dan topografis
serta keahlian yang dimiliki pengrajin, tape Bondowoso menemukan
orisionalitasnya sebagai jajanan khas yang cocok untuk semua kalangan. Kini tape
Bondowoso sudah bermetamorfosa dengan berbagai produk turunannya seperti prol tape,
brownies tape, tape bakar, suwar-suwir, pia tape dan
lain sebagainya. Dalam proses produksinya, dari hulu hingga hilir, jajanan khas
ini melibatkan berbagai kalangan mulai petani singkong, buruh tani, pengrajin
besek tape, pengrajin tape, pengrajin kue hasil olahan tape
maupun distributor.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa landasan
ekonomis, historis maupun kultural dimiliki oleh produk daerah ini. Sehingga
tak salah jika tape Bondowoso menjadi icon daerah. Sayang tak
dapat ditolak, nasib icon daerah ini tak ubahnya sekedar hiasan
dinding pembangunan. “Bondowoso Kota Tape” hanya menjadi slogan dan aksesori
pembangunan.
Tape pada umumnya
dikemas dalam bèsèk (anyaman dari bambu berbentuk kotak). wisatawan
mancanegara menyebutnya fermented of cassava, mirip seperti peyeum di Jawa
Barat. Tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. banyak wistawan dari luar
bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk membeli tape manis ini merk
tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, tape manis 31,tape manis
Tjap Enak,Mana Lagi, 66, 17, dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada
umumnya terkonsentrasi di Jalan Jenderal Sudirman dan Teuku Umar atau lebih
dikenal daerah Pecinan. Jl jenderal sudirman. Selain Tape, makanan khas turunan
dari tape juga banyak dijual di Bondowoso seperti Suwar-suwir, dodol Tape, Tape
bakar dll.
Mungkin diantara
kalian masih ada yang belum pernah memakan tape? Atau bahkan ada yang belum tau
bentuknya? Jika belum, maka tidaklah salah jika saya merekomendasikan makanan unik
yang satu ini, unik secara rasa maupun bentuknya. Dikatakan unik karena tape
memiliki bentuk yang cukup berfariasi, tergantung dari pembuatnya. Bisa
berbentuk lonjong, persegi, lingkaran dan lainnya. Tapi yang sering kita jumpai
dipasaran adalah bentuk yang seperti singkong.
Kenapa seperti
singkong? karena memang bahan utama dari tape ini memang adalah singkong. Lebih
tepatnya singkong yang diawetkan dengan ragi selama beberapa hari ditempat yang
kedap, maka jadilah makanan yang kita sebut dengan Tape. Sebenarnya tape bukan
hanya bias dibuat dari singkong saja, tapi juga dari bahan lainnya seperti
sukun misalnya. Dari segi rasa, singkong memiliki beberapa rasa yang cukup khas
dan unik, karena tape memiliki rasa perpaduan antara rasa manis dan kecut. Tape
juga bisa dicampur dengan makanan lainnya, seperti bahan untuk es campur, bahan
kue dan lainnya.
Pembuatan tape
melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi tape (Saccharomyces
cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua
teknik pembuatan yang menghasilkan tape biasa, yang basah dan lunak, dan tape
kering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan. Pembuatan
tape termasuk dalam bioteknologi konvensional (tradisional) karena masih
menggunakan cara-cara yang terbatas.
Pada proses
pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam singkong
sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong akan menjadi lunak,
jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol. Dalam pembuatan
tape, ragi (Saccharomyces cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat memecah
karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena itu,
tape terasa manis apabila sudah matang walaupun tanpa diberi gula sebelumnya. Kegagalan
dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi Saccharomyces
cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses
pemecahan enzim tersebut.
Kembali pada
kota bondowoso (kota tape), Sebenarnya tape tidak hanya ada dikota bondowoso,
di beberapa kota pun banyak terdapat makanan ini. Tapi jangan harap akan
mendapatkan rasa yang khas seperti tape bondowoso punya. Meskipun sama-sama
menggunakan singkong dan melalui proses yang sama. Terus rahasianya apa?
Rahasianya
adalah dikarenakan bahan utamanya, yakni singkong bondowoso berbeda denga
singkong yang dihasilkan di daerah lain. Kenapa bisa beda? Apa singkongnya
ajaib atau dicampur dengan bahan lain? Perbedaannya terletak pada tanah yang
ditanami singkong itu sendiri.
Bondowoso
mempunyai suatu wilayah yang mempunyai tanah yang cukup unik. Tanah ini
memiliki warna yang berbeda, yaitu berwarna merah. Orang bondowoso menyebutnya
sebagai tanah merah (Tana mera). Tapi tanah ini juga berbeda dari tanah merah
yang berada di Madura sana. Jika tanah ini ditanami singkong, maka singkong
yang dihasilkan akan berbeda dari singkong yang ditanam ditanah yang lain.
Rasanya pun akan berbeda dengan singkong didaerah lain. Daerah ini adalah
kecamatan Maesan dan kecamatan Wringin.
Tape Bondowoso memang terkenal dengan keunikan rasanya yang tak sama dengan tape di kota lainnya ada satu yang tak dapat kamu lupakan ketika pertama kali mencicipi tape Bondowoso " rasa manisnya yang buat sampai ke hatimu" itu salah satu mengapa tape Bondowoso selalu istimewa. Dari kenikmatan rasanya ada sebagian tape Bondowoso merek 31 yang sudah Go ke pasar expor Internasional, orang eropa sangat menyukai tape Bondowoso.
Hebatnya lagi
pada tangal 15 November 2013 Bondowoso memecahkan rekor muri bakar tape
terbanyak ada sekitar 1000 tape yang di bakar di alun alun kalau kamu tahu sama
abang sate persis lah acara waktu itu kipas kipas tape dan yang bakar tape itu
seluruh warga Bondowoso. Itulah sebabnya kenapa tape bondowoso berbeda dan
cukup terkenal. Maka tidak heran dan merupakan hal wajib bagi turis asing
maupun lokal, jika berkunjung ke kota mungil nan sejuk ini (kotaku Bondowoso),
untuk membeli tape sebagai oleh-oleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar