Abu
Hatim Al-Bastiy rahimahullah mengatakan, “Tidaklah saya melihat seorangpun yang
takabbur (sombong dan membanggakan diri) terhadap orang yang dibawahnya (status
sosialnya) melainkan pasti Allah Ta’ala memberikan bala’ kepadanya dengan
kehinaan terhadap orang yang diatasnya (status sosialnya)”. (Raudhatul
‘Uqalaa’, karya Ibnu Hibban: 62)
Abu
Darda radhiyallahu 'anhu berkata:"Tidaklah orang yang berkata kebenaran
dan mengamalkannya lebih baik daripada orang yang mendengarkan kebenaran lalu
menerimanya." (al-Adab asy-Syar'iyyah Ibnu Muflih)
Sufyan
bin ‘uyainah rahimahullah berkata, “Demi Allah, Bukanlah seorang yang ‘alim
(ulama) itu adalah orang yang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,
akan tetapi orang yang ‘alim itu adalah: ‘Orang yang mengetahui kebaikan
kemudian ia mengikutinya (mengamalkan kebaikan tersebut), dan mengetahui
keburukan lalu ia meninggalkan keburukan tersebut karena Allah Ta’ala’.”
(Az-Zuhd, karya Imam Ahmad, hal: 246)
Al-Hasan
bin ‘Ali radhiyallahu'anhuma ditanya tentang bakhil/pelit, maka beliau menjawab:”Yaitu
seseorang menganggap bahwa apa yang dia infakkan adalah sirna (tidak mendapat
pahala) dan apa yang dia tahan (tidak diinfakkan) adalah kemuliaan.”(Al-Adab
asy-Syar’iyah Ibnu Muflih)
Mu’awiyah
radhiyallahu 'anhu berkata: ”Setiap orang aku bisa membuatnya ridho/rela
kepadaku kecuali orang hasad, karena sesunnguhnya tidak ada yang bisa membuat
dia ridho kecuali hilangnya nikmat ynag ada padaku.”
Dikatakan
kepada Sa’id bi Jubair rahimahullah: ”Siapa hamba Allah yang paling baik?”
Beliau menjawab:”Seorang laki-laki yang melakukan dosa dan setiap kali
mengingat dosanya dia menganggap kecil amalan ibadahnya”
Umar
bin Abdul ‘Aziz Rahimahullah berkata: “Jauhilah olehmu berkhalwat
(bersepi-sepi) dengan seorang wanita yang tidak ada mahramnya, walaupun hatimu
berkata kepadamu agar engkau mengajarinya al-Qur’an”. (Siratu Umar, karya Ibnul
Jauzi rahimahullah: 159)
Seringkali
Sufyan Ats-TsaurI rahimahullah mencela dan memaki dirinya dengan
mengatakan:”Engkau berbicara dengan ucapan orang shalih yang taat lagi rajin
beribadah, dan engkau melakukan perbuatannya orang-orang fasik yang munafik
serta riya. Demi Allah ini bukanlah termasuk sifat-sifat orang yang mukhlish
(ikhlash)”
Imam
Qatadah berkata: Allah Ta 'ala menciptakan bintang-bintang untuk 3 tujuan;
sebagai perhiasan langit, pelempar syaithan, dan sebagai petunjuk, maka barang
siapa yang mena’wilkannya selain 3 hal diatas maka ia telah salah,
menghilangkan kebahagiaannya dan membebani diri dengan ilmu yang tidak
diketahuinya.”
(Shahih al-Bukhari)
(Shahih al-Bukhari)
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata: “Jika kalian mendapatkan sunnah milik Rasulullah
Sallallahu 'Alahi Wasallam, maka ikutilah dan jangan menoleh kepada pendapat
siapapun”
Imam
al-Auza’i rahimahullah berkata: “Lima perkara yang ada pada para Shahabat
Rasulullah dan para Tabi’in (pengikut) mereka dengan baik: menetapi jama’ah,
mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca Alqur'an dan jihad di jalan
Allah”
Imam
al-Auza’i rahimahullah berkata: “Lima perkara yang ada pada para Shahabat
Rasulullah dan para Tabi’in (pengikut) mereka dengan baik: menetapi jama’ah,
mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca Alqur'an dan jihad di jalan Allah”
Hatim
al-Ashamm rahimahullah berkata: “Pangkal ketaatan adalah tiga perkara: sedih,
ridho dan cinta. Sedangkan pangkal maksiat adalah tiga perkara: sombong, tamak
dan hasad”
Fudhail
ibn Iyadh rahimahullah berkata: “Seburuk-buruk bekal menuju akhirat adalah
aniaya (permusuhan) terhadap para hamba Allah”
Hasan
al-Bashri rahimahullah berkata: “Sadarlah wahai orang-orang yang lalai, karena
kafilah telah bergerak. Dan di pagi hari, terpujilah orang-orang yang telah
bersiap-siap”
Imam
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya hati itu mati dan hidup.
Jika hati mati,maka paksalah dia untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban. Jika
hati telah kau hidupkan, maka berilah pelajaran dengan amalan-amalan sunnah”.
Ahli
hikmah mengatakan: “Barangsiapa beriman kepada akhirat, maka dia tidak akan
tamak terhadap dunia”
Abu
Sulaiman ad – Daroni rahimahullah berkata: “Apabila akhirat ada dalam hati,
maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka
akhirat tidaklah menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan
dunia adalah hina”
Bilal
Ibn Sa’ad rahimahullah berkata: “Janganlah kau lihat kecilnya kesalahan, tapi
lihatlah kepada siapa kau berbuat salah”
Abdullah
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: “Ambillah hikmah dari orang yang kamu
dengar darinya. Karena seseorang terkadang bicara hikmah padahal dia bukan ahli
hikmah. Hikmah itu bagaikan panah yang meluncur bukan dari ahli panah”.
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata: “ Apabila seseorang itu berfikir dan wara’, maka
dia akan disibukkan dengan aibnya sendiri daripada mengurusi aib orang lain.
Bagaikan orang sakit, dia sibuk dengan sakitnya dan tidak mengurusi sakit orang
lain”
Abdullah
Ibn Mas’ud radiyallahu 'anhu berkata: “Setiap kalian hanyalah tamu dan hartanya
adalah titipan. Maka tamu itu akan berpamit dan harta itu akan dikembalikan kepada
pemiliknya”.
Umar
Ibn Khattab radiyallahu 'anhu berkata: “Seseorang tidak akan menjadi orang
‘alim, sampai dia tidak hasad terhadap yang lebih tinggi, tidak meremehkan yang
lebih rendah dan tidak mengambil upah dari amalannya”
Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesuatu yang sedikit tapi mencukupi
lebih baik daripada yang banyak tapi melalaikan”
Imam
Syafi’i berkata: “Barangsiapa menghargai orang-orang, maka orang-orangpun akan
menghargainya, dan barangsiapa meremehkan orang, maka dia tidak akan dihargai”
Imam
Ahmad rahimahullah berkata: “Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada
makanan dan minuman. Seseorang butuh kepada makanan dan minuman dalam sehari
sekali atau dua kali, sedangkan kebutuhannya terhadap ilmu sebanyak hirupan
nafasnya”
Ibnul
Katib rahimahullah berkata: “Apabila khauf ( takut ) tinggal di hati, maka
lidah tidak akan mengucap kecuali untuk yang berguna”
Abdullah
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: “Ambillah hikmah dari orang yang kamu
dengar darinya. Karena seseorang terkadang bicara hikmah padahal dia bukan ahli
hikmah. Hikmah itu bagaikan panah yang meluncur bukan dari ahli panah”.
Abdullah
ibn ‘Amr ibn ‘Ash radiyallahu 'anhu berkata: “Sungguh, saya meneteskan setetes
air mata karena takut kepada Allah, lebih saya cintai daripada bersedekah 1000
dinar”
Abu
Sulaiman ad – Daroni berkata: “Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan
datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat
tidaklah akan menemanipnya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan
dunia adalah hina”
Maimun
ibn Mihran rahimahullah berkata: “Tidaklah seseorang termasuk bertaqwa sehingga
dia mengoreksi dirinya lebih daripada dia mengoreksi teman dekatnya, sehingga
diapun tahu dari mana makanannya, dari mana pakaiannya, dari mana minumnya,
apakah dari yang halal ataukah haram”
Bilal
Ibn Sa’ad rahimahullah berkata: “Banyak orang gembira yang tertipu. Dia makan,
minum dan tertawa, padahal telah jelas di dalam kitab Allah bahwa dia adalah
bahan bakar neraka”.
Abu
Sulaiman ad-Darooni rahimahullah berkata: ”Sesungguhnya jiwa itu apabila lapar
dan haus, maka jernihlah hatinya dan lagi lembut. Dan jiwa itu apabila kenyang
dan segar dari minum, maka matilah hatinya”.
Luqman
al-Hakim berkata: “Diam itu hikmah tapi sedikit pelakunya”
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata:” Menggapai ridho manusia adalah tujuan yang tak
mungkin dicapai”
Shahabat
Umar ibn Khattab radiyallahu 'anhu berkata: “Barangsiapa yang banyak bicara,
maka banyak pula salahnya. Barangsiapa yang banyak salahnya, maka sedikitlah
rasa malunya. Barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit pula sikap
wara’nya. Dan barangsiapa sedikit sikap wara’nya, maka matilah hatinya”.
Ali
Ibnu Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata: “ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia
telah pergi menjauh dan ketahuilah juga bahwa Akhirat telah datang mendekat.
Keduanya punya anak. Jadilah kamu anak – anak akhirat dan janganlah jadi anak –
anak dunia. Karena sesungguhnya hari ini amal tanpa hisab, dan esok hisab tanpa
amal”
Ali
Ibnu Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata: “Sesungguhnya yang paling aku
takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan – angan. Mengikuti hawa
nafsu membuat lari dari kebenaran, adapun panjang angan – angan membuat lupa
Akhirat”
Imam
al-Auza’i rahimahullah berkata:” Barangsiapa banyak mengingat mati, dia akan
merasa cukup dengan yang sedikit. Barangsiapa tahu bahwa perkataannya adalah
termasuk dari perbuatannya, maka dia akan sedikit bicaranya”.
Imam
Hasan al-Bashri rahimahullah, seorang ‘alim lagi ‘abid dari kalangan tabi’in,
beliau berkata: “ Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya
kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu,
karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal
di akhirat sana
sangatlah panjang”
Ibnul
Qayyim berkata, “Orang-orang yang berakal sehat dari setiap umat telah
bersepakat bahwa kenikmatan akhirat tidak akan dapat diraih dengan kenikmatan
dunia, dan bahwa barangsiapa yang menginginkan untuk beristirahat di akhirat
maka ia akan bekerja keras dunia karena seseorang akan mendapatkan kenikmatan
akhirat sesuai dengan tenaga yang ia kerahkan di dunia untuk meraihnya.”
Ar-Rabi’
bin Anas rahimahullah berkata, “Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada
Allah adalah banyak berdzikir (mengingat dan menyebut) nama-Nya, karena
tidaklah Anda mencintai sesuatu melainkan Anda akan banyak mengingat dan
menyebut-nyebut namanya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab)
Lanjutkan Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 3
Kembali Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 1
Lanjutkan Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 3
Kembali Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar