Keluarga

Senin, 09 Januari 2017

KATA-KATA MUTIARA ISLAMI 2



Abu Hatim Al-Bastiy rahimahullah mengatakan, “Tidaklah saya melihat seorangpun yang takabbur (sombong dan membanggakan diri) terhadap orang yang dibawahnya (status sosialnya) melainkan pasti Allah Ta’ala memberikan bala’ kepadanya dengan kehinaan terhadap orang yang diatasnya (status sosialnya)”. (Raudhatul ‘Uqalaa’, karya Ibnu Hibban: 62)


Abu Darda radhiyallahu 'anhu berkata:"Tidaklah orang yang berkata kebenaran dan mengamalkannya lebih baik daripada orang yang mendengarkan kebenaran lalu menerimanya." (al-Adab asy-Syar'iyyah Ibnu Muflih)

Sufyan bin ‘uyainah rahimahullah berkata, “Demi Allah, Bukanlah seorang yang ‘alim (ulama) itu adalah orang yang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, akan tetapi orang yang ‘alim itu adalah: ‘Orang yang mengetahui kebaikan kemudian ia mengikutinya (mengamalkan kebaikan tersebut), dan mengetahui keburukan lalu ia meninggalkan keburukan tersebut karena Allah Ta’ala’.” (Az-Zuhd, karya Imam Ahmad, hal: 246)

Al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu'anhuma ditanya tentang bakhil/pelit, maka beliau menjawab:”Yaitu seseorang menganggap bahwa apa yang dia infakkan adalah sirna (tidak mendapat pahala) dan apa yang dia tahan (tidak diinfakkan) adalah kemuliaan.”(Al-Adab asy-Syar’iyah Ibnu Muflih)

Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: ”Setiap orang aku bisa membuatnya ridho/rela kepadaku kecuali orang hasad, karena sesunnguhnya tidak ada yang bisa membuat dia ridho kecuali hilangnya nikmat ynag ada padaku.”

Dikatakan kepada Sa’id bi Jubair rahimahullah: ”Siapa hamba Allah yang paling baik?” Beliau menjawab:”Seorang laki-laki yang melakukan dosa dan setiap kali mengingat dosanya dia menganggap kecil amalan ibadahnya”

Umar bin Abdul ‘Aziz Rahimahullah berkata: “Jauhilah olehmu berkhalwat (bersepi-sepi) dengan seorang wanita yang tidak ada mahramnya, walaupun hatimu berkata kepadamu agar engkau mengajarinya al-Qur’an”. (Siratu Umar, karya Ibnul Jauzi rahimahullah: 159)

Seringkali Sufyan Ats-TsaurI rahimahullah mencela dan memaki dirinya dengan mengatakan:”Engkau berbicara dengan ucapan orang shalih yang taat lagi rajin beribadah, dan engkau melakukan perbuatannya orang-orang fasik yang munafik serta riya. Demi Allah ini bukanlah termasuk sifat-sifat orang yang mukhlish (ikhlash)”

Imam Qatadah berkata: Allah Ta 'ala menciptakan bintang-bintang untuk 3 tujuan; sebagai perhiasan langit, pelempar syaithan, dan sebagai petunjuk, maka barang siapa yang mena’wilkannya selain 3 hal diatas maka ia telah salah, menghilangkan kebahagiaannya dan membebani diri dengan ilmu yang tidak diketahuinya.”
(Shahih al-Bukhari)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Jika kalian mendapatkan sunnah milik Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam, maka ikutilah dan jangan menoleh kepada pendapat siapapun”

Imam al-Auza’i rahimahullah berkata: “Lima perkara yang ada pada para Shahabat Rasulullah dan para Tabi’in (pengikut) mereka dengan baik: menetapi jama’ah, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca Alqur'an dan jihad di jalan Allah”

Imam al-Auza’i rahimahullah berkata: “Lima perkara yang ada pada para Shahabat Rasulullah dan para Tabi’in (pengikut) mereka dengan baik: menetapi jama’ah, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca Alqur'an dan jihad di jalan Allah”

Hatim al-Ashamm rahimahullah berkata: “Pangkal ketaatan adalah tiga perkara: sedih, ridho dan cinta. Sedangkan pangkal maksiat adalah tiga perkara: sombong, tamak dan hasad”

Fudhail ibn Iyadh rahimahullah berkata: “Seburuk-buruk bekal menuju akhirat adalah aniaya (permusuhan) terhadap para hamba Allah”

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Sadarlah wahai orang-orang yang lalai, karena kafilah telah bergerak. Dan di pagi hari, terpujilah orang-orang yang telah bersiap-siap”

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya hati itu mati dan hidup. Jika hati mati,maka paksalah dia untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban. Jika hati telah kau hidupkan, maka berilah pelajaran dengan amalan-amalan sunnah”.

Ahli hikmah mengatakan: “Barangsiapa beriman kepada akhirat, maka dia tidak akan tamak terhadap dunia”

Abu Sulaiman ad – Daroni rahimahullah berkata: “Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat tidaklah menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina”

Bilal Ibn Sa’ad rahimahullah berkata: “Janganlah kau lihat kecilnya kesalahan, tapi lihatlah kepada siapa kau berbuat salah”

Abdullah Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: “Ambillah hikmah dari orang yang kamu dengar darinya. Karena seseorang terkadang bicara hikmah padahal dia bukan ahli hikmah. Hikmah itu bagaikan panah yang meluncur bukan dari ahli panah”.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “ Apabila seseorang itu berfikir dan wara’, maka dia akan disibukkan dengan aibnya sendiri daripada mengurusi aib orang lain. Bagaikan orang sakit, dia sibuk dengan sakitnya dan tidak mengurusi sakit orang lain”

Abdullah Ibn Mas’ud radiyallahu 'anhu berkata: “Setiap kalian hanyalah tamu dan hartanya adalah titipan. Maka tamu itu akan berpamit dan harta itu akan dikembalikan kepada pemiliknya”.

Umar Ibn Khattab radiyallahu 'anhu berkata: “Seseorang tidak akan menjadi orang ‘alim, sampai dia tidak hasad terhadap yang lebih tinggi, tidak meremehkan yang lebih rendah dan tidak mengambil upah dari amalannya”

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesuatu yang sedikit tapi mencukupi lebih baik daripada yang banyak tapi melalaikan”

Imam Syafi’i berkata: “Barangsiapa menghargai orang-orang, maka orang-orangpun akan menghargainya, dan barangsiapa meremehkan orang, maka dia tidak akan dihargai”

Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makanan dan minuman. Seseorang butuh kepada makanan dan minuman dalam sehari sekali atau dua kali, sedangkan kebutuhannya terhadap ilmu sebanyak hirupan nafasnya”

Ibnul Katib rahimahullah berkata: “Apabila khauf ( takut ) tinggal di hati, maka lidah tidak akan mengucap kecuali untuk yang berguna”

Abdullah Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: “Ambillah hikmah dari orang yang kamu dengar darinya. Karena seseorang terkadang bicara hikmah padahal dia bukan ahli hikmah. Hikmah itu bagaikan panah yang meluncur bukan dari ahli panah”.

Abdullah ibn ‘Amr ibn ‘Ash radiyallahu 'anhu berkata: “Sungguh, saya meneteskan setetes air mata karena takut kepada Allah, lebih saya cintai daripada bersedekah 1000 dinar”

Abu Sulaiman ad – Daroni berkata: “Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat tidaklah akan menemanipnya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina”

Maimun ibn Mihran rahimahullah berkata: “Tidaklah seseorang termasuk bertaqwa sehingga dia mengoreksi dirinya lebih daripada dia mengoreksi teman dekatnya, sehingga diapun tahu dari mana makanannya, dari mana pakaiannya, dari mana minumnya, apakah dari yang halal ataukah haram”

Bilal Ibn Sa’ad rahimahullah berkata: “Banyak orang gembira yang tertipu. Dia makan, minum dan tertawa, padahal telah jelas di dalam kitab Allah bahwa dia adalah bahan bakar neraka”.

Abu Sulaiman ad-Darooni rahimahullah berkata: ”Sesungguhnya jiwa itu apabila lapar dan haus, maka jernihlah hatinya dan lagi lembut. Dan jiwa itu apabila kenyang dan segar dari minum, maka matilah hatinya”.

Luqman al-Hakim berkata: “Diam itu hikmah tapi sedikit pelakunya”

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:” Menggapai ridho manusia adalah tujuan yang tak mungkin dicapai”

Shahabat Umar ibn Khattab radiyallahu 'anhu berkata: “Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya. Barangsiapa yang banyak salahnya, maka sedikitlah rasa malunya. Barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit pula sikap wara’nya. Dan barangsiapa sedikit sikap wara’nya, maka matilah hatinya”.

Ali Ibnu Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata: “ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia telah pergi menjauh dan ketahuilah juga bahwa Akhirat telah datang mendekat. Keduanya punya anak. Jadilah kamu anak – anak akhirat dan janganlah jadi anak – anak dunia. Karena sesungguhnya hari ini amal tanpa hisab, dan esok hisab tanpa amal”

Ali Ibnu Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata: “Sesungguhnya yang paling aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan – angan. Mengikuti hawa nafsu membuat lari dari kebenaran, adapun panjang angan – angan membuat lupa Akhirat”

Imam al-Auza’i rahimahullah berkata:” Barangsiapa banyak mengingat mati, dia akan merasa cukup dengan yang sedikit. Barangsiapa tahu bahwa perkataannya adalah termasuk dari perbuatannya, maka dia akan sedikit bicaranya”.

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah, seorang ‘alim lagi ‘abid dari kalangan tabi’in, beliau berkata: “ Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang”

Ibnul Qayyim berkata, “Orang-orang yang berakal sehat dari setiap umat telah bersepakat bahwa kenikmatan akhirat tidak akan dapat diraih dengan kenikmatan dunia, dan bahwa barangsiapa yang menginginkan untuk beristirahat di akhirat maka ia akan bekerja keras dunia karena seseorang akan mendapatkan kenikmatan akhirat sesuai dengan tenaga yang ia kerahkan di dunia untuk meraihnya.”

Ar-Rabi’ bin Anas rahimahullah berkata, “Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah banyak berdzikir (mengingat dan menyebut) nama-Nya, karena tidaklah Anda mencintai sesuatu melainkan Anda akan banyak mengingat dan menyebut-nyebut namanya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab)

Lanjutkan Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 3
Kembali Ke: Kata-Kata Mutiara Islami 1 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar