Kamis, 01 Desember 2016

CARA MELAWAN HAWA NAFSU


Hidup ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu (syetan). Kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah melawan hawa nafsu syetan kita. Imam Ghazali menyebut ada tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu. Yang pertama, nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. 

Yang kedua, nafsu lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yakni ketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya.

Yang ketiga adalah nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.

Baca Juga: KEBUTUHAN HAMBA

Coba Anda renungkan, termasuk manakah Anda?
Kalau saya bersangka baik kepada Anda, maka saya menilai Anda masih termasuk kelompok yang pertama, yaitu nafsu muthmainnah. Memang salah satu ciri orang yang ternasuk nafsu muthmainnah adalah segera sadar dan gelisah terhadap perbuatannya yang buruk. Walaupun ia melakukan perbuatan buruk yang kecil, tetapi sudah dianggapnya besar, sehingga ia selalu hati-hati dalam melangkah. Menurut saya, Anda perlu bersyukur kepada Allah SWT karena Anda memiliki "sensifitas yang tinggi" terhadap perbuatan dosa dan ini adalah ciri orang-orang yang bertaqwa.

Jadi saran saya, sebaiknya kita segera meninggalkan perbuatan yang dibenci Allah sebelum jauh melangkah. Sebab kalau sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk menghilangkannya.

Sedangkan untuk mengendalikan hawa nafsu, sebaiknya Anda melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Banyak melakukan ibadah, terutama ibadah-ibadah sunnah (sholat dhuha, tahajud, baca Al Qur’an, dll). Sebab makanan hati yang bersih adalah ibadah.

2. Minta kepada Allah dengan sungguh-sungguh (berdoa) agar keinginan Anda semakin kuat untuk meninggalkan hal-hal yang buruk. 

3. Meyakini imbalan besar yang akan Allah berikan kepada orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu (memperturuti hawa nafsu)?." Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS. Ali ‘Imron yat 15).
Kuatkan keyakinan tersebut dengan banyak berzikir (mengingat Allah) dan beribadah kepadanya. Jangan hanya mengandalkan ibadah wajib saja untuk mengendalikan nafsu, tambah juga dengan ibadah sunnah, seperti shaum senin-kamis, sholat tahajjud, tilawah Al Qur’an, sholat dhuha, dan lain-lain.  

4. Jaga panca indera kita dari pengaruh syahwat (nafsu). Jaga mata kita untuk tidak melihat hal-hal yang berbau maksiat, jaga pendengaran dari pembicaraan yang jorok, jaga mulut dari berkata-kata yang cabul, dan jaga tangan serta kaki kita untuk tidak menjamah atau melangkah ke hal-hal yang maksiat.

5. Menyadari bahwa nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahannam.

Barang siapa yang terseeret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka.
Sabda nabi,
“Surga dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.”
Orang yang mengikuti nafsu dikhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Mengikuti nafsu bias menutup pintu taufik bagi manusia dan membuka pintu penyesalan.

6. Memanjakan nafsu berarti merusak akal dan fikirannya dan itu berarti mengkhianati Allah dalam hal penggunaana akal.

Mengikuti nafsu membuat hamba tidak bias bangkit untuk mencapai syurga bersama-sama dengan orang yang berhasil mendapatkannya.
Muhammad bin Abdul Warad berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaan-Nya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya.”

7. Menyadari bahwa dengan menentang nafsu akan menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia.

Orang salaf berkata, “Orangyang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orang yang mampu menaklukkan sebuah kota sendirian.” Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras menentang hawa nafsunya.

Muawiyah berkata, “Sifat ksatria ialah yang meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti mengurangi sifat ksatria.” Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih berat daripada memerangi orang-orang kafir.

Menentang nafsu bisa menyelamatkan penyakit hati dan badan sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika kita meneliti berbagai penyakit badan maka sebagian beasr berasal dari memperturutkan hawa nafsu.

8. Menyadari bahwa tidak ada satupun hari yang berlalu melainkan nafsu dan akan saling bergelut di dalam diri orang yang besangkutan.

Mana yang dapat mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abu Darda r.a. berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya, maka hari yang dilaluinya adalah hari yang buruk. Jika nafsunya mengikuti amalnya, maka harinya adalah hari yang baik.”

9. Menyadari bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu, tetapi untuk sesuatu urusan yang besar yang tidak bias dicapai kecuali dengan menentangnya.

Tidak boleh baginya memilih bahwa hewan lebih baik daripada dirinya. Dengan tabiatnya saja hewan bias membedakan mana yang membahayakan dan mana yang menyelamatkan, lalu ia memilih yang bermanfaat baginya dan meninggalkan yang berbahaya. Manusia diberi akal dalam masalah ini. Jika dia tidak bias membedakan mana yang dapat membahayakan dan mana yang bermanfaat baginya, atau mengetahui tapi justru memlih yang berbahaya, berarti keadaan hewan lebih baik dari keadaannya.

Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan dan menjadikan kebenaran dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan, engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat kepada nafsumu, karena sesuatu yang dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”

Teman-teman yang selalu berpikir dan berkata mesum juga perlu dihindari agar hawa nafsu kita dapat terjaga. Oleh karena itu, saya anjurkan kepada saudara penanya untuk memutuskan hubungan dengan pacar Anda. Walau Anda sudah berjanji kepadanya, tapi pikirkan untung ruginya. Jika Anda tetap bersamanya akan sulit bagi Anda (dan Dia) untuk menghindar dari godaan hawa nafsu. Bahkan mungkin saja Anda makin terperosok pada perbuatan zina yang makin jauh. Hal ini lebih merugikan bagi diri Anda dan pasangan Anda daripada memutuskan hubungan dan menjauh darinya.

Memutuskan hubungan itu menyakitkan, namun lebih baik daripada sakit yang pedih luar biasa di akhirat kelak. Suatu saat, jika Anda sudah siap menikah dan ia masih sendiri, Anda bisa langsung melamarnya/menikahinya. Namun sekarang ini, ketika Anda belum siap untuk menikah jauhi hubungan dengan dia (atau dengan lawan jenis lainnya) yang hanya menyebabkan hawa nafsu kita berkobar dan menambah dosa saja.

Saya doakan semoga Anda menjadi orang yang lebih sholih dan mampu meninggalkan kebiasaan yang buruk. Amiin ya Robbal Alamin.

Baca Juga: 
KATA-KATA MUTIARA ISLAMI 1  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar