Keluarga

Selasa, 17 Januari 2017

Agar Ibadah Puasa Lebih Bermakna (Habis)

3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Puasa Ramadhan
Syaikh Abdullah bin Jarillah menyebutkan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan oleh orang yang berpuasa. Di sini kami nukil secara ringkas, dengan disertai sedikit tambahan dan takhrij ringkas beberapa haditsnya.

1. Mengenal hukum-hukum puasa
Banyak kaum Muslimin yang memasuki bulan puasa ini tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tak begitu merasa perlu untuk belajar. Padahal Allah ta berfirman:
"Bertanyalah kepada para ulama, kalau kamu sekalian tidak mengetahui." (An-Nahl: 43)

2. Menyambut puasa dengan hura-hura, bukan dengan banyak berdzikir, beristigfar dan mensyukuri nikmat Allah. Klimaksnya, bulan yang penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka untuk semakin bertakwa; tapi sebaliknya, semakin terbuai seribu satu kemaksiatan.

3. Sebagian kaum Muslimin, memasuki bulan Ramadhan dengan gambaran lahir seperti orang-orang yang bertaubat. Mereka shalat, berpuasa dan meninggalkan banyak kemaksiatan yang biasa dilakukan. Namun seusai bulan puasa, mereka kembali menjadi pecinta kemaksiatan. Seolah- olah, mereka hanya mengenal Allah di bulan nan suci ini. Atau mungkin mereka hanya memandang ibadah di bulan ini sebagai satu tradisi.

Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang beribadah hanya untuk didengar orang, maka Allah pun akan memberi ganjaran dengan sekedar (ibadah itu) didengar orang. Barangsiapa yang beribadah untuk sekedar dilihat orang, demikian juga Allah akan memberinya ganjaran." (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Ada juga sebagian kaum Muslimin yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan ini cocok dijadikan waktu untuk beristirahat, tidur-tiduran dan bermalas-malasan di siang hari, lalu begadang di malam hari. Bahkan seringkali, begadang malam itu dibumbui dengan hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah. Dengan permainan, mengobrol kesana kemari, berghibah, bahkan kadang berjudi, wal 'iyadzu billah.

5. Selain itu, ada juga kaum Muslimin yang menyambut bulan ini dengan dingin dan tak bergairah. Kalau sudah berlalu, ia akan kegirangan. Mereka beribadah dan berpuasa, semata-mata mengikuti kebiasaan manusia di sekitarnya. Alangkah miripnya mereka dengan keadaan orang-orang munafik yang memang senang bermalas-malasan dalam ibadah.

Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang muna_k itu (berusaha) menipu Allah, tetapi Allah-lah yang akhirnya menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat mereka berdiri dengan malas...." (An-Nisa: 142)

Rasulullah juga bersabda, yang artinya:
"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang muna_k adalah shalat Isya dan Shubuh." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

6. Banyak di antara mereka yang begadang malam untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, sampai-sampai meninggalkan subuh berjama'ah. Padahal Rasulullah bersabda: "Tidak dibolehkah begadang itu melainkan bagi orang yang shalat (malam), atau musafir." (HR Imam Ahmad)

7. Sebagian di antara mereka menghindari diri dari berbagai pembatal puasa; seperti makan, minum, berjima' dan lain-lain. Tetapi mereka tak berusaha menghindari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa; seperti bebas melihat aurat wanita di jalan-jalan (bahkan terkadang menjadi kebiasaan sehabis shubuh dan menjelang berbuka), atau di majalah-majalah, berghibah, mencaci-maki orang dan lain sebagainya.

8. Suka berdusta Ada sebagian kaum Muslimin yang menganggap ringan berkata dusta, termasuk di bulan suci Ramadhan, di kala berpuasa. Padahal Rasulullah pernah bersabda: "Barangsiapa yang tidak juga meninggalkan berkata-kata dusta dan masih juga melakukannya (di kala berpuasa), maka Allah tak sedikitpun sudi menerima ibadah puasanya, meski ia meninggalkan makan dan minum." (HR. AI-Bukhari)

9. Satu hal yang aneh, namun benar-benar sering terjadi; seseorang berpuasa, tapi tidak shalat. Atau terkadang ada yang rajin shalat, tapi selalu beralasan tidak kuat berpuasa. Padahal sungguh tidak ada manfaat orang itu berpuasa kalau dia tidak shalat. Karena shalat adalah pilar dien/agama Islam.

10. Ada juga sebagian kaum elit di kalangam Muslimin yang sengaja bersafar terkadang keluar negeri agar mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Padahal Allah Maha Mengetahui apa yang terbetik dalam hati hamba-Nya.

11. Sebagian kaum Muslimin, ada yang berbuka puasa dengan mengkonsumsi sesuatu yang haram. Terkadang minuman keras, rokok (itu banyak terjadi), serta makanan dan minuman yang didapat dan usaha yang haram. Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa hal lain yang layak diperhatikan. Dan juga masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan sebagian kaum Muslimin dalam melakukan ibadah puasa.

Terkadang, bahkan merusak bingkai kerja dari puasa itu sendiri; yaitu menahan diri dan makan dan minum. Bentuknya? Dengan mengumbar nafsu makan dan minum tatkala berbuka puasa. Ibnu Taimiyyah mengungkapkan penafsiran yang bagus tentang hadits nabi :

"Sesungguhnya setan itu mengalir dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah." (Diriwayatkan oleh Ahmad)

4. Manfaat-Manfaat Ibadah Puasa
Syaikh Ali Hasan dalam "kitabu Ash-Shiyam" menuturkan beberapa faedah puasa berdasarkan keterangan dari beberapa hadits. Akan kami sebutkan di sini dengan ringkas:

4.1 Puasa itu adalah perisai
Bagi mereka yang masih diamuk jiwa muda dan syahwat membara, namun masih belum terbuka pintu menuju pelaminan; disyari'atkan baginya untuk mengekang keinginan syahwatnya itu dengan berpuasa.

Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Wahai pemuda-pemudi, barangsiapa di antara kamu yang sudah memiliki kemampuan seksualitas, hendaknya ia menikah. Karena menikah itu lebih dapat memelihara pandangan dan kemaluan. Kalau ia belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Sesungguhnya puasa itu adalah obat penawar gejolak syahwat."

Lebih khusus lagi  Rasulullah juga bersabda yang artinya: "Puasa itu ibarat perisai, ia akan menamengi seorang samba dari siksa neraka." ((Diriwayatkan oleh Ahmad)

Nah khusus di bulan Ramadhan, sebulan penuh seorang Muslim akan diasah jiwanya dengan puasa sehingga bisa terbentengi dari sergapan setan yang selalu memperalat hawa nafsu untuk menjungkirkan seorang hamba ke jurang neraka. Tentu saja hal itu utama bagi mereka yang berkeinginan dengan puasanya untuk mencapai ketakwaan kepada Allah.

4.2. Puasa adalah jalan menuju Jannah
Dari Umamah berkata: "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah aku satu amalan yang akan menggiringku menuju Jannah." Beliau bersabda: "Lakukan puasa, tak ada amalan yang setara dengannya."

4.3. Puasa dapat menjadi perantara turunnya syafa’at
Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Puasa dan al-Qur'an akan memberi syafat kepada seorang hamba di hari kiamat nanti. Sang puasa berkata: "Ya Allah, aku telah menghalanginya makan dan mengumbar nafsu, jadikanlah aku perantara untuk menyampaikan syafa'at-Mu kepadanya”. (Diriwayatkan oleh Ahmad)

4.4. Dua saat kebahagiaan bagi orang yang berpuasa
Nabi bersabda:
"Orang yang berpuasa memiliki dua saat-saat penuh kebahagiaan: kala ia berbuka, dan, di saat ia menjumpai Rabb-nya (selepas hidup di dunia). (Diriwayatkan oleh Bukhari)

4.5. Pintu Rayyan di Jannah (surga), bagi kaum yang berpuasa
Dari Sahal bin Sa'ad, dari Nabi bahwasanya beliau bersabda, yang artinya:
"Sesungguhnya di Jannah kelak, ada pintu yang bernama Rayyan. Dari situlah kaum yang berpuasa akan masuk Jannah di hari kiamat. Tak seorangpun kecuali mereka yang akan memasukinya. Bila orang terakhir di antara mereka telah masuk, pintu segera ditutup; dan barangsiapa (diantara yang masuk) meminum sedikit airnya, niscaya ia tak akan dahaga selamanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah-lah Pencipta segala kebahagiaan, kepada-Nyalah' kembali akhir kehidupan. Selayaknya kita menyambut bulan yang penuh berkah dengan penuh gairah dan kegembiraan. Di sanalah, dan dari sanalah kita akan beranjak dengan taufik Sang Maha Rahman menuju Jannah-Nya yang penuh kebahagiaan.

Sebelumnya: Agar Ibadah Puasa Lebih Bermakna

Baca Juga:
Dosa Yang Berulang 
KATA-KATA MUTIARA ISLAMI
 

Agar Ibadah Puasa Lebih Bermakna





Bulan Ramadhan merupakan bulan nan pernuh berkah; Ramadhan menjadi penghulu segala bulan dalam hutungan tahun Hijriyah, tahunnya umat Islam. Ramadhan adalah bulan shiyam (puasa), dan dia juga bulan qiyam (shalat malam).

1.    Keutamaan Bulan Ramadhan

Hadits-hadits yang mengupas keutamaan bulan nan agung ini, cukup banyak dan bercorak ragam. Cukup kita petik beberapa di antaranya, sebagai penambah muatan motivasi yang mengangkat gairah imani kita untuk memasuki bulan Ramadhan yang akan datang menjelang, dengan penuh harap akan ampunan dan karunia-Nya.

Dari Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Telah datang kepadamu Bulan Ramadhan, bulan nan penuh berkah. Di bulan itu Allah akan menaungimu; menurunkan .rahmat dan menghapus dosa-dosa, mengabulkan doa dan memperhatikan bagaimana kamu sekalian saling berlomba-lomba (dalam kebaikan) pada bulan itu. Allah pun membanggakan dirimu di hadapan para malaikat-Nya. Maka perlihatkanlah (wahai kaum Muslimin) segala kebaikan pada dirimu. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang kehilangan rahmat Allah." (Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani).

Hadits yang lain:
"Telah dianugerahkan kepada ummatku pada bulan Ramadhan lima karunia yang tidak pernah diberikan kepada ummat manapun sebelum mereka: Aroma mulut orang yang berpuasa, disisi Allah, lebih harum semerbak ketimbang bau kesturi. Para malaikat memohonkan bagi mereka ampunan hingga waktu berbuka. Setiap hari di bulan itu, Allah menghiasi Jannah-Nya seraya berfirman kepada sang Jannah:
"Tak lama lagi, para hamba-Ku yang shalih akan dibebaskan dari beban dan kesusahan, lalu beranjak menemuimu."

Di bulan itu, para jin pembangkang dibelenggu; mereka tak dapat bebas berbuat, seperti pada bulan-bulan yang lain. Lalu, Allah mengampuni dosa- dosa mereka pada malam terakhir.

Ada sahabat yang bertanya: "Ya Rasulallah, apakah malam terakhir itu, malam Lailatul Qadar?". Beliau menjawab: "Bukan, karena orang yang beramal akan mendapati ganjarannya, bila ia telah selesai menunaikannya." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Ada beberapa hadits lain yang senada dengan itu. Dua hadits di atas, dan banyak lagi yang lainnya meliputi beberapa kesimpulan:
1.  Allah telah memberkahi bulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan atas segala dosa, bagi orang yang memenuhi bulan ini dengan beragam ibadah; tetapi tidak untuk dosa-dosa beaar.

Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan introspeksi diri, akan Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan Salman Al-Farisi, bahwasanya Rasulullah bersabda:
"Antara shalat-shalat lima waktu; antara Jum'at dengan Jum'at; dan antara Ramadhan yang satu dengan rmadhan berikutnya; ada pengampunan dosa, bagi mereka yang menghindari dosa-dosa besar." (HR. Muslim)

Dosa-dosa besar hanyalah diampuni, lewat taubat tersendiri yang dilakukan seorang hamba dengan penuh penyesalan di hadapan Allah. Hanya saja sebagian ulama, di antaranya Ibnu Taimiyyah, Imam Nawawi dan lain-lain menegaskan; bahwa Ibadah Ramadhan, berikut shaum dan shalat malamnya, bila dilakukan dengan penuh keikhlasan berarti sudah mencakup taubat itu sendiri. Dan itulah yang menjadi tujuan puasa, bahkan seluruh ibadah seperti tertera dalam al-Qur'an adalah: Agar iamu sekalian bertakwa.

2. Termasuk keberkahan bulan suci Ramadhan adalah sempitnya ruang gerak setan itu untuk melancarkan godaan dan tipu dayanya terhadap bani Adam. Terbelenggunya mereka, adalah dengan kehendak Allah dan dalam pengertian yang sesungguhnya. Namun juga tidak berarti mereka berhenti menggoda manusia secara total, seperti tersebut dalam hadits di atas.

3. Dihiasinya Jannah untuk menyambut kedatang an orang-orang yang berpuasa, seusai menjalani cobaan Allah selama masa hidup di dunia. Ini salah satu bentuk Tabsyir atau kabar gembira dari Allah.

4. Keberkahan bulan Ramadhan juga terungkap jelas, dengan adanya para malaikat yang memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka yang berpuasa. Di samping aroma mulut orang yang berpuasa yang secara lahir mungkin tidak sedap di sisi Allah lebih wangi dibanding aroma kesturi.

2 Berbagai Keutamaan Lain
Sebagai Muslim yang mengharap keutamaan dan ampunan, di mana dia juga tak lepas dari noda dan dosa, maka noda dan dosa itu dapat terkurangi bahkan terhapus lewat ibadah di bulan Ramadhan. Segala bentuk ragam ibadah di bulan ini harus semaksimal mungkin kita mefaatkan di antaranya:

2.1 Memperbanyak Shadaqah
Imam Tirmidzi meriwayatkan:
Rasulullah pernah ditanya: "Sedekah apakah yang paling utama?"
Beliau menjawab: "Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)

Nabi adalah orang yang gemar bersedekah. Kegemarannya bersedekah, menjadi semakin meningkat di bulan Ramadhan. Salah seorang sahabat telah berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah itu lebih pemurah, dibandingkan dengan angin yang berhembus. Dan terutama lagi di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)

2.2 Shalat malam berjama’ah
Dari Abu Dzar, bahwasanya beliau menuturkan:
"Dahulu ketika kami melakukan shaum/puasa, Rasulullah tidak pernah shalat (malam) berjama'ah bersama kami hingga bulan Ramadhan hanya tersisa tujuh hari lagi. Lalu beliau shalat bersama kami hingga akhir sepertiga malam pertama.

Pada malam yang ke dua puluh enam, beliau tak lagi shalat bersama kami. Namun pada malam ke dua puluh lima (satu malam sebelumnya), beliau sempat shalat bersama hingga pertengahan malam. Lalu kami bertanya:
"Ya Rasulallah, apakah tidak engkau sisakan sebagian malam agar kami menambah shalat sendiri?"

Maka beliau bersabda:
"Barangsiapa yang shalat (malam) bersama imam hingga selesai shalatnya, akan dituliskan baginya (pahala) shalat semalam untuknya." (HR.Tirmidzi dan Abu daud)

Hadits tersebut umumnya digunakan oleh para ulama untuk menetapkan disyari'atkannya shalat malam berjama'ah (tarawih) pada bulan Ramadhan. Namun hadits tersebut juga secara lebih khusus menyiratkan keutamaan shalat malam berjama'ah di bulan Ramadhan itu. Meskipun secara umum, juga berlaku untuk setiap shalat jama'ah, balk yang fardhu maupun yang mustahab.

2.3 Memperbanyak amalan akhirat
Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, adalah ladang subur untuk menebarkan beragam amal shalih untuk dituai hasilnya di akhirat nanti. Dan mulai membaca al- Qur'an, memberi makan orang miskin atau memberinya sekedar makanan untuk berbuka puasa, berdoa, beristigfar, mempererat hubungan silaturrahmi dan lain-lain. Banyak kaum Muslimin yang secara tradisi, memenuhi bulan suci ini dengan bekerja diluar kebiasaan; demi untuk merayakan 'Iedul fitri dengan mewah penuh kegemerlapan, bahkan terkesan dipaksa-paksakan; itu jelas merugian. Di ladang pahala, kita justru menanam amalan duniawi yang lebih banyak menghasilkan kesia-siaan.

2.4 Menjalankan umrah
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya ganjaran umrah di bulan Ramadhan, sama dengan ganjaran melaksanakan haji sekali atau bahkan haji bersamaku." 8 Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim All Jarullah dalam "Majmu' Rasail Ramadhan iyyah" menyatakan:

"Namun yang perlu dipahami, bahwa umrah di bulan Ramadhan itu, meskipun ganjarannya sama dengan ibadah haji, namun ia tidak menggugurkan kewajiban haji itu sendiri bagi mereka yang mampu berkewajiban".

2.5 Beribadah di malam Lailatul qadri
Para ulama menyatakan, bahwa malam itu disebut dengan Lailatul qadri (malam kemuliaan), karena kemuliaan dan keutamaannya. Bahkan dinyatakan, bahwa dimalam itu juga rizki dan ajal kematian para hamba untuk selama satu tahun ditentukan Allah.

Sebagaimana difirmankan-Nya:
"Pada malam itu dijelaskan, segala urusan yang penuh hikmat." (Ad- Dukhan: 4) Banyak ayat yang menceritakan tentang keutamaannya yang tidak kami sebutkan disini. Di malam itu juga pahala amal ibadah Allah lipatgandakan.

Nabi Bersabda:
"Barangsiapa yang beribadah di malam Lailatul qadri, dengan penuh keimanan dan perhitungan; akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)

Adapun waktu malam tersebut, banyak sekali diperselisihkan para ulama. Imam Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam "Fathul Bari", setelah menuturkan puluhan pendapat para ulama, berkata:
"Pendapat yang paling kuat, malam itu terdapat pada sepuluh malam terakhir. Ia selalu berpindah, namun yang paling diharapkan dia akan muncul, pada malam-malam ganjil. Adapun tepatnya; menurut Syafi'iyyah pada malam ke 21 atau 23. Tapi menurut sebagian besar ulama pada malam ke 27."

2.6 I’tikaf
Lepas dari perselisihan di mesjid mana i'tikaf itu disyari'atkan, kaum Muslimin tetap harus mengakui kesepakatan para ulama bahwa i'tikaf di bulan Ramadhan, khususnya sepuluh hari terakhir, adalah keutamaan besar sekaligus sunnah yang tak pernah ditinggalkan Nabi seumur hidupnya hingga beliau wafat.

Dari Abu Hurairah berkata:
"Nabi dahulu beri'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun di mana beliau wafat, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari." (HR. Al-Bukhari)

Karena ia merupakan sunnah yang selalu dilakukan Nabi, maka kaum Musliminpun harus merentang jalan demi melaksanakannya sedapat mungkin, di mesjid manapun i'tikaf itu dilakukan

Lanjut Ke Bagian dua (Habis) 

Baca Juga:
Dosa Yang Berulang 
KATA-KATA MUTIARA ISLAMI 

Mengintip Nakalnya Cinta


“..Lihatlah dan engkau pun pasti pernah atau bahkan sedang merasakan nakalnya cinta. Ia mengetuk pintu air mata. Jadilah mata berkaca dan tetesan bening pun berlinang menyusurupi pipi. Pun, tak ada tangan lembut yang menyeka..”

Kembali pena ini hadirkan tentang cinta karena ia menyusup dalam kehidupan tanpa meminta dan dipinta. Cinta memberikan warna dalam kanvas kehidupan walaupun manusia belum memahami makna kehidupan itu sendiri. Cinta memberi bekas dalam hidup. Kadang bekas itu berupa luka maupun dentuman bahagia. Tanpa sadar harus dan telah memilih, manusia bisa menjadi digdaya atau bahkan gila karena cinta. Maka, bukankah hanya kepada Pemilik dan Penganugerah Cinta lah kita pasrahkan jiwa??

>> Kenakalan Cinta. . .
Cinta itu nakal. Lincah, pula. Dibuatnya bayi menangis, menjerit dan berteriak hanya untuk menggapai susu sang ibu.

Cinta itu nakal. Lihatlah disana. Betapa banyak anak gadis tersihir rayuan gombal cinta dari lelaki. Betapa banyak anak lelaki ingusan harus berlagak pahlawan di depan wanita yang dicinta. Ia harus tersulap dan bertopeng menjadi laki-laki bijaksana nan arif. Penampilan pun berubah baik dari pakaian, parfum dan gaya berjalan hanya untuk sekedar menepati janji pertemuan dengan si dia.

Sungguh nakal cinta itu. Lihatlah si kaya memiskinkan diri agar meraih kenikmatan sesaat dengan kekasih hati yang tak sah secara syar’i. Lihatlah pula si miskin, ia mengkayakan dirinya agar terlihat “wah” di depan sang pujaan. Para wanita pun dibuat nakal oleh cinta. Jadilah mereka tak bermalu. Jadilah mereka begitu mudah terayu. Jadilah mereka diobral. Secara sadar atau tidak, mereka mengatasnamakan cinta sejati. Mereka rela berkorban segalanya demi pria yang dikasihi.

Nakalnya cinta. Atas namanya lah seorang muda-mudi berzina. Mereka robohkan keimanan dan kehormatan diri.

Aiiiiiiiiiiih..
Karena kenakalan cinta, seorang suami kerap kali berbohong menutupi jati dirinya karena khawatir isterinya akan kecewa. Kekecewaan sang isteri adalah rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Maka tak usah kaget ketika sang isteri baru tahu belakangan sang suami adalah koruptor..

Bisa jadi sang suami yang begitu baik, santun dan penuh kasih itu ternyata seorang berdarah dingin yang bisa membunuh ratusan orang dengan kesadisannya.
Demi kebahagiaan sang anak, atas nama cintalah orang tua harus bermaksiat kepada Allah. Jadilah ayah seorang pencuri. Jadilah ia pemakan riba. Jadilah ia pendusta. Jadilah ia menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
Aduhai. .

Nakalnya cinta. Ia hadir dan bereaksi dalam jiwa dan membuat letupan-letupan makna yang kerap mengejutkan. Dan jiwa pun tak sadar kapan ia bergemuruh di langit hati. .

Terlalu banyak manusia yang menjadi korban kenakalan cinta. Bertumpuk-tumpuk novel-novel picisan menglamorkan kisah para korban cinta itu dalam adegan-adegan heroik. Padahal siapaun tahu kalau adegan tersebut adalah kecelakaan yang menonjok jiwa sekaligus menumbuhkan dosa.

“dijadikanlah indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)..” (QS. Al-Imran: 14)

>> Mendayung Hati di Telaga Cinta Sejati. .
Adalah Allah azza wajalla telah selipkan teori mengakali cinta dalam lengkap, agung dan paripurnanya ajaran islam sebagai risalah langit. Hanya islam lah yang mampu jelmakan cinta menjadi anugerah. Hanya islamlah yang mampu menempatkan cinta pada rel yang sebenarnya.

Untukmu saudaraku,

Untukmu saudariku,

Sekiranya cinta tidak ditundukkan dan di akali maka ia lah yang akan mengakali jiwa yang menjadi tempatnya ber-inang. Setelah itu, ia akan mendikte pikiran. Ia akan membodohi diri. Lalu ia akan menghentakkan anggota badan untuk memperagakan kemaksiatan. Tak lah bisa selanjutnya dibedakan hitam dan putih sehingga menubruk dosa yang mengkaratkan hati.

Menundukkan cinta sama lah artinya dengan membangun ketundukan dengan penuh kepatuhan dan penyerahan diri terhadap Sang Penganugerah cinta itu sendiri. Dialah Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahiem.

Dialah yang menciptakan langit tanpa tiang penyangga. Dialah Allah yang menjadikan malam bertabur gemerlapnya bintang dan memoles langit malam dengan kemuning rembulan. Dialah Allah yang menerbitkan mentari di ufuk timur lalu disambut kicauan burung-burung. Beberapa waktu kemudian datanglah hangatnya waktu dhuha seiring keringnya embun di dedaunan.

Dialah Allah yang membenamkan mentari dengan warna mewah memerah. Telah tiba saatnya hewan-hewan kembali ke sarangya. Telah tiba saatnya adzan berkumandang.

Dialah Allah yang mentakdirkan kemarau datang bertandang. Setelah itu datang lah musim hujan. Allah lah yang menyiramkan air ke bagian permukaan bumi yang Dia kehendaki. Basah lah bumi itu. Dialah Allah yang menguncupkan dedaunan muda dan menghijau sejuk dipandang.

Dialah Allah yang menghembuskan udara yang mengalir diantara langit dan bumi. Sementara burung-burung mengepakkan sayapanya sambil berpurtar-putar di udara. Dialah Allah yang menggerakkan awan menyusuri langit biru.

Dialah Allah yang mengabulkan seluruh do’a hambanya. Dia anugerahkan dan membagikan rizki. Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang melebihi kasih sayang seorang ibu yang bercucur mata karena begitu cinta kepada sang anak.

Dialah yang menjadikan surga dan kenikmatannya teruntuk orang-orang yang bertauhid dengan benar. Pula Dia sediakan neraka dan adzabnya bagi kaum yang ingkar lagi kufur.

Allah lah pula yang menurunkkan agama yang mulia melalui malaikat yang mulia dengan kitab yang paling mulia kepada seorang manusia yang paling mulia. Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat cinta kepada umatnya. Amat menginginkan kita masuk surga dan terhindar dari adzab neraka.

Dialah lelaki yang selalu mencintai dan selalu dicintai.

Maka dari itu, Allah dan Rasul-Nya lah menjadi muaranya cinta. . .

>>Ada Allah Tempat Adukan Rasa. .
Ibarat koin, cinta itu bermuka dua. Ia bisa mendatangkan bahagia dan pula penghias jiwa. Namun di sisi yang lain, ia bisa guncangkan derita. Kerapkali jiwa dibuatnya merana. Kerap kali ia goreskan luka. Terlalu sering diundangnya duka di hati. Jadilah hati berkarat dosa nan menanggung derita.

Lihatlah dan engkau pun pasti pernah atau bahkan sedang merasakan nakalnya cinta. Ia mengetuk pintu air mata. Jadilah mata berkaca dan tetesan bening pun berlinang menyusurupi pipi. Pun, tak ada tangan lembut yang menyeka.

Namun begitu, ada Allah tempat mengadu. Para pendahulu baik para nabi dan orang-orang shalih pun mengadukan kepada Allah terhadap peliknya masalah yang mereka hadapi. Mengadu yang bukan menggugat namun menumpahkan rasa dan menyemburatkan do’a penuh harap.

Adalah Yusuf ‘alaihissalam mengadukan rasa kepada Allah ketika dia harus digoda seorang wanita cantik dalam ruangan yang tertutup di istana raja. Nakalnya cinta tengah bereaksi hebat. Dan dengan keteguhan imannya, Yusuf ‘alaihissalam pun diselamatkan Allah dari maksiat yang menggoda hati dan menggelorakan nafsu. .

Subahanallah, dialah yang menolong hambanya. Dan memang kepadanya lah meminta pertolongan.

“iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’ien.” “hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami pinta pertolongan” (QS. Al-Imran: 14)

>> Saatnya Mengakali Nakalnya Cinta. . .
Telah tiba saatnya seorang balita harus berhenti diberikan ASI. Namun ketika ia masih ketagihan, seorang ibu harus mengakalinya. Entah harus memolesi jejamuan pahit di [maaf] puting susu atau dengan cara lain agar sang balita sedikit “kapok”.

Begitulah cinta. Harus pula diakali dan disiasati agar tak menguasai dinasti hati..
Kecintaan berlebih terhadap makanan dan minuman harus diakali dengan puasa sehingga tak rakus lagi mengejar nikmat perut semaunya.

Kecintaan berlebih terhadap syahwat akan menggelorakan nafsu. Diakalilah ia dengan menikah atau puasa bujang (shaumul ‘uzzab) bagi yang belum mampu berumah tangga. Lalu melunaklah nafsu yang bergejolak sehingga ia tak berlagak dan merusak. Tak terceburlah diri dalam dosa.

>> Senarai Harapan. .
Tetaplah berada pada kesadaran bahwa cinta itu sebagai penghias jiwa, bukan menguasai jiwa. Jadikanlah cinta itu indah sesuai dengan ketentuan agama yang mulia. Oleh karena itu, memahami islam dengan benar adalah kunci utamanya. Pelajari lah tauhid agar memebersihkan karat-karat hati.

Jadikanlah cinta sebagai alat memburu kebahagiaan hakiki. Hiasilah hati dengan cinta sejati yaitu cinta yang dikelola agar benar-benar bermuara dan berlabuh syahdu di dermaga cinta-Nya. Maka cinta lain akan tunduk dan mendahului kecintaan kepada Allah.

“pokok-pokok iman yang paling kuat adalah mencintai karena allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani)

Tak usahlah bersikap jumawa untuk tidak berdo’a dan meminta pertolongan kepada Allah dalam berbagai masalah. Hanya dengan pertolongan Allah lah terselamatkan dari jerat-jerat cinta.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ibnu Abbas:
“sekiranya engkau hendak pinta pertolongan, pintalah kepada Allah..” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

Akhirnyaaaa…
Cintailah siapapun, cintailah apapun selama cinta itu bermakna dan berguna untuk kehidupan dunia maupun kelak dihari kebangkitan. . .

Wallahu a’lam. Subahanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika. .