Disamping memperhatikan pekembangan
fisik anak, kita juga harus memperhatikan pendidikan akal dan hati mereka. Kita
harus memikirkan nasib mereka setelah matinya.
Langkah pertama untuk itu adalah kita
perbaiki terlebih dahulu diri kita, karena dengan baiknya diri kita maka mereka
akan ada di atas keteguhan dan kekokohan serta ada di dalam penjagaan Allah
swt. Allah berfirman: Ayah mereka berdua adalah orang yang shalih (Al-Kahfi: 82)
Kedua, kita jadikan bimbingan dan
pengajaran Islam sebagai tujuan. Tidak ada halangan untuk belajar dan
mempelajari ilmu-ilmu dunia akan tetapi tidak sebesar perhatiannya terhadap
akhirat. Allah berfirman: Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan nasib
(bagian)mu dari (keni'matan) dunia. (Al-Qashash: 77)
Wahai Ayah! Maka takutlah engkau kepada
Allah pada apa yang menjadi tanggunganmu karena engkau akan diminta
pertanggujawabannya di hadapan Allah. Takutlah engkau kepada Allah bahwasanya
Allah telah memberikan anak sebagai amanat kepadamu tapi engkau justru
membukakan pintu-pintu kejelekan bagi mereka. Allah mengamanatimu tapi engkau
malah menyibukkan mereka dengan film-film, sinetron-sinetron,
perangkat-perangkat kekejian, majalah-majalah porno dan semisal dengan itu.
Jika demikian adanya berarti engkau telah mengkhianati amanat yang dipikulkan
kepadamu dan engkau telah menipu mereka yang menjadi tanggunganmu. Nabi saw
bersabda: Tidaklah seseorang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya
(tanggungannya) kemudian dia mati dalam keadaan menipu mereka, melainkan Allah
haramkan baginya surga. (Bukhari Muslim)
Ayah….! Jika engkau memang sayang pada
buah hatimu, tidak ingin menipu mereka dan juga tidak ingin mengkhianati amanat
yang dipikulkan di pundakmu, maka kemarilah! Kemarilah untuk sama-sama menyimak
wasiat Luqman kepada anaknya. Wasiat seorang ayah yang yang sangat menyayangi
anaknya dan menebusnya dengan sangat mahal dan berharga. Tahukan engkau apakah
dia mewasiatinya dengan dunia? Apakah dia mewasiatinya dengan intan permata dan
segala perhiasan kemewahan lainnya? Tidak, bahkan dia mewasiati anaknya dengan
apa yang akan menjadikannya ada dalam kehidupan yang baik. Kehidupan yang akan
menyelamatkannya dari adzab Allah yang pedih. Sungguh Allah telah
mengabadikannya dalam Al-Qur'an. Pernahkah engkau mendapatinya? Tahukah engkau
apakah wasiatnya itu?
Adalah Luqman Al-Hakim dengan kasih sayang yang begitu besar kepada anaknya, dia berwasiat agar jangan berbuat syirik, yakni menyekutukan Allah swt. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, waktu dia memberikan nasihat kepadanya: 'Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebesar-besar kezhaliman. (Luqman: 13)
Adalah Luqman Al-Hakim dengan kasih sayang yang begitu besar kepada anaknya, dia berwasiat agar jangan berbuat syirik, yakni menyekutukan Allah swt. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, waktu dia memberikan nasihat kepadanya: 'Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebesar-besar kezhaliman. (Luqman: 13)
Ya… adakah kezhaliman yang lebih besar dari syirik? Itulah apa yang dikhawatirkan Luqman pada anaknya sehingga mewasiati agar jangan sampai terjatuh ke dalamnya. Adakah engkau pernah menyampaikan ini pada anakmu?
Baca juga: Ayah, dengarkanlah...!!! (Bagian Pertama)
Kemudian, beliau dengan segenap kasih
sayangnya menunjukkan pada anaknya apa yang akan menyelamatkan anaknya dari
adzab Allah yaitu dengan menghadap kepada-Nya melalui shalat, memerintahkan
yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar. Adakah engkau demikian wahai ayah?
Saya berharap engkau sudah memenuhi semuanya sehingga hanya tinggal
menyampaikannya kepada anakmu. Karena jika tenyata engkaupun belum demikian, maka
ini adalah mushibah dari sebenar-benar mushibah, dan kita berlindung darinya.
Setelah itu, Luqman mewasiati anaknya
agar berhias dengan akhlaq yang mulia yang akan mengangkat jiwanya dan akan
tinggi derajatnya. Janganlah sombong dan menghina sesama. Sederhanalah dalam
berjalan dan lunakkanlah suara dalam pembicaraan. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai. (Luqman: 19)
Inilah wahai Ayah, sejumlah wasiat dari
ayah yang begitu sangat menyayangi dan mendambakan kebahagian bagi si buah
hati. Pernahkah engkau menyampaikannya pada anakmu, sebagiannya atau bahkan
seluruhnya..?!
Ada fenomena yang sangat kita sesali
dan kita keluhkan semuanya kepada Allah, yakni sebagian ayah berusaha
mematahkan semangat anaknya dan menghalangi kesungguhannya ketika melihat bahwa
Allah telah memberikan hidayah kepadanya untuk mendalami dan mengamalkan ilmu
agama. Bahkan diantara mereka ada yang sampai menghasut dan menakut-nakuti
serta menebar was-was. Mereka mengatakan bahwa belajar agama hanya akan
mengikat kebebasan jiwa. Mereka juga mencela dan juga memperolok-oloknya,
sehingga tidak tahu lagi apakah yang dicela itu adalah orangnya atau agama yang
dibawanya. Ketika didapati anaknya memanjangkan janggut maka dikatakan seperti
kambing. Ketika anaknya berusaha mengenakan pakaian di atas mata kaki maka
dikatakan takut cacing dan lain sebagainya. Maka apakah ini perlakuannmu
terhadap apa yang menjadi amanatmu? Apakah ini yang engkau nasihatkan kepada
mereka?
Takutlah engkau kepada Allah! Takutlah
bahwasanya Allah sentiasa mengawasi bagaimana engkau mendidik mereka. Ajarilah
mereka apa yang bermanfaat baginya dari urusan agama dan dunianya. Dan tiadalah
kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah
kamu memahaminya! (Al-An'am:32)
Ayah….! Engkau telah menyiapkan anakmu
untuk menghadapi ujian dunia. Maka takutlah kepada Allah dan ketahuilah olehmu
serta beritahukanlah kepada anak-anakmu bahwa barang dagangan Allah (surga)
jauh lebih berharga dan lebih mahal dari perhiasan dunia. Dan ajarkanlah serta
beritahukanlah mereka bahwa kesuksesan yang hakiki ada pada membatasi diri pada
apa yang Allah ridlai. Beritahukanlah kepada mereka dan ketahui olehmu juga
bahwa kebahagiaan yang hakiki ada pada taqwa dan ta'at kepada Allah.
Serta ketahuilah olehmu bahwa kaki
seorang hamba tidak akan bergeser sejengkalpun dari posisinya pada hari kiamat
dan akan diadukan kezhalimannya oleh orang yang pernah dizhaliminya. Anak akan
senang bisa mendapatkan ayahnya untuk mengadukan kezhaliman yang pernah
dilakukannya, demikian juga istrinya. Pada hari kiamat nanti anak-anak akan
membantah dan menyalahkan ayah-ayah mereka dengan berkata: Wahai Rabb kami,
ambil lah hak kami pada ayah kami yang zhalim ini. Dia telah menyebabkan kami
tidak melakukan apa yang Engkau ridhai. Dialah yang telah mendidik kami tidak
ubahnya binatang ternak. Dialah yang mendatangkan berbagai hal yang
membinasakan dan tidaklah ada satu kerusakan melainkan didatangkannya ke
hadapan kami. Maka apakah yang nanti akan engkau katakan untuk menjawab
semuanya itu wahai Ayah yang penyayang, yang begitu sayangnya sehingga menjerumuskan
anaknya pada kebinasaan? Bahkan pada akhirnya nanti sama-sama ada dalam
kebinasaan.
Yaitu pada hari dimana tidak bermanfaat
lagi harta dan anak-anak. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih. (Asy-Syu'araa': 88-89)
Maka di manakah hartamu? Di manakah
anak yang engkau banggakan itu? Mereka justru menyalahkanmu dan menyeretmu
untuk ikut merasakan panas neraka karena engkaulah yang punya andil besar untuk
itu.
Kita berlindung kepada Allah dari semua
itu dan memohon agar Allah menunjukkan kita kepada kebaikan dan memberikan
kekuatan dan kemudahan untuk menempuhnya serta dimatikan di atasnya, serta kita
memohon kepada-Nya agar menyelamatkan kita, keluarga serta anak keturunan kita
dari adzab-Nya yang pedih. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Terakhir wahai Ayah! Bertaqwalah engkau
kepada Allah. Takutlah Engkau kepada-Nya pada apa yang engkau lakukan untuk
anakmu. Perbaikilah pendidikan mereka! Jagalah mereka dari segala kerusakan dan
kealpaan dalam segala kebaikan. Lakukanlah sejak sekarang selama mereka masih
ada dihadapan kalian. Selama kalian masih bisa bersungguh-sungguh mengusahakan.
Lakukanlah segera sebelum kalian hanya bisa melakukan celaan dan penyesalan
yaitu pada hari dimana tidak akan bermanfaat lagi celaan dan penyesalan. Dan
Allah lah tempat kita meminta perlidungan dan pertolongan.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu); disisi Allah lah pahala yang besar. (At-Thagaabun:
15)
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Sebelumnya: AYAH, Dengarkanlah...!!! (Bagian Pertama)
Terkait: JANJI ALLAH BAGI ORANG YANG AKAN MENIKAH
Sebelumnya: AYAH, Dengarkanlah...!!! (Bagian Pertama)
Terkait: JANJI ALLAH BAGI ORANG YANG AKAN MENIKAH